Sabtu, 14 Januari 2012

ANALISA POLA PENGGUNAAN LAHAN UNTUK PERENCANAAN TATA RUANG KOTA SAMARINDA DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT ETM+


Sistem Informasi Geografis (SIG), merupakan model teknologi informasi geografis yang multi disiplin ilmu pengetahuan, dimana model ini dapat diaplikasikan dalam bidang apapun. Salah satu terapan yang dimaksud adalah dalam memantau dan memonitor perkembangan sebuah kota. Perkembangan sebuah kota yang pesat dapat dilihat dari pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan daerah terbangunnya. Hal ini seringkali tidak sejalan dengan rencana yang telah digariskan dalam Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) suatu wilayah. Untuk mengetahui perkembangan terakhir tentang penggunaan lahan pemukiman yang ada, digunakan Citra Satelit Landsat ETM+7 yang direkam pada tahun 2001. Interaksi antara model SIG dan citra satelit dapat digunakan untuk analisis perkembangan kota Samarinda dari periode 1990 – 2001 serta implikasinya di Perencanaan Tata Ruang Kota Samarinda. Dalam analisis tersebut mehputi pola penggunaan lahan untuk perencanaan tata ruang kota Samarinda. Adapun metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodologi analisis deskriptif yang ditunjang dengan tinjauan pustaka. Teknik penyajian data penggunaan lahan tersebut ditampilkan dalam bentuk gambar – gambar dengan memanfaatkan perangkat lunak sepeSrti : Arc View, AutoCad Map, dan ER Mapper. Perkembangan kota Samarinda dari tahun 1990 – 2001 secara umum terdiri atas dua hal, yaitu perubahan administratif dan perubahan secara spasial. Perubahan administratif adalah dengan adanya pemekaran kecamatan, dari empat kecamatan menjadi enam kecamatan. Perubahan secara spasial yaitu berkaitan dengan penggunaan lahan (lahan pemukiman), bila pada 1990 luas lahan terbangun sebesar 30,28 Km2, maka pada 2001 luasnya menjadi sebesar 69,70 Km2 (analisis). Dalam kurun waktu ini pertumbuhan pemukiman yang sangat cepat terjadi pada kecamatan Samarinda Utara sebesar 17,93 Km2 dan disusul Samarinda Ulu sebesar 14,03 Km2. Berdasarkan teori perkembangan tata guna lahan perkotaan (Jayadinata, 1999), maka pola penggunaan lahan pemukiman kota Samarinda mengikuti Pola Sektor. Bila ditinjau terhadap RUTR kota Samarinda 2004, maka pada Bagian Wilayah Kota (BWK) II dan IV telah disebutkan arahan kebijakan pembangunan yang dititikberatkan pada lahan pemukiman. Wilayah yang dimaksud adalah pada kelurahan Air Putih dan Air hitam (Samarinda Ulu) dan pada kelurahan Sungai Pinang Dalam, Temindung Permai dan Sei Siring (Samarinda Utara). Berdasarkan pada hasil penelitian, maka kebijakan ini sudah sesuai dengan yang telah dituangkan dalam RUTR kota Samarinda.
Alt. Description
The Geographic Information System (GIS) is a model of the science-multidisciplinary technology of the geographic information that can be applied to any field. One of the said applications is in monitoring the development of a city. The fast development of a city can be viewed from the population growth and the growth of its developed areas. This is often not in line with the plan that has been established in the General Plan of the Spatial Arrangement (RUTR) of a region. To know the recent progress about the use of the existing settlement lands, The Image Satellite Landsat ETM+7, that was recorded in 2001 is used. The interaction between the SIG model and the image Satellite can be used for the analysis of the development of Samarinda City in the 1990-2001 periods and for its implication in the Spatial Arrangement Planning of Samarinda City. The analysis includes the land-use pattern for the Spatial Arrangement Planning of Samarinda City. While the methodology used in this research is the descriptive analysis methodology that is supported by a library research. The presentation technique of the data is in pictures or images— by making use of some software such as Arc View, AutoCAD Map 2000i, and ER Mapper. In general, the development of Samarinda City consists of two things: The administrative change and the spatial change. The administrative change is by the expansion of Kecamatan (Sub district), from four Kecamatan into six kecamatan. The spatial change relates to the use of land (the settlement land). While the area of the developed land was 30.28 kilometers square in 1990, then it became 69.70 kilometers square in 2001 (analysis). During the period of time, a fast growth of settlement occurred in Kecamatan Samarinda Utara, amounting to 17.93 kilometers square ; followed by kecamatan Samarinda Ulu, amounting to 14.3 kilometers square. Based on the theory of the development of the urban land use arrangement (Jayadinata , 1990), the pattern of the settlement land use of Samarinda City follows the Sector Pattern. Viewed from the RUTR of Samarinda City 2004, then, on the Part of the City Area (BWK) II and IV, a direction of the development policy that is stressed on the settlement lands has been mentioned. The said areas are in Kelurahan Air Putih and Air Hitam (Samarinda Ulu) and in Kelurahan Sungai Pinang Dalam, Temindung Permai, and Sei Siring (Samarinda Utara). Based on the research result, the policy has already been suitable with the RUTR of Samarinda City

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More